Kompilasi Grunge Is Dead yang Masih Membekas Hingga Hari ini

Kompilasi Grunge Is Dead yang Masih Membekas Hingga Hari ini

‘Grunge Is Dead’, muncul di tengah hiruk pikuk kesenangan para penggerak Komunitas Purnawarman, hingga disebut sebagai kompilasi pioneer yang mengenalkan banyak band Alternatif Bandung.

Sebenarnya, album kompilasi bertajuk Grunge Is Dead ini telah sering dibahas oleh beberapa media. Tapi, bagi saya pribadi yang tidak mengalami masa kejayaan lahirnya album kompilasi dan banyak melahirkan beberapa grup musik alternative berpotensi tahun 90’an, saya tertarik untuk membahas album ini. Kompilasi Grunge Is Dead dulunya digagas oleh Komunitas Purnawarman, bersama Dhoni Ariandhi (Nicfit).

Berlokasi di Majestic Twelve daerah Buah Batu, Bandung, saya dan ditemani teman saya menemui Dhoni, yang sedang hadir di acara Hearing Session EP pertama Junkhead. Saya berniat untuk melakukan wawancara mengenai Grunge Is Dead. Sesampainya di lokasi, saya disambut oleh beberapa rekan dari Komunitas Bandung Ngagerung yang tengah mempersiapkan alat untuk acara live akustik pada malam itu. Dhoni pun mendatangi dan bersalaman bersama saya. Namun, perbincangan kami belum dimulai karena Dhoni harus menuntaskan perbincangan dengan rekannya di area pojok Majestic Twelve. Sembari menunggu, saya ngobrol dengan salah satu penggagas Komuitas Bandung Ngagerung yakni Ojel (Veskil) sampai acara Hearing Session EP Junkhead dimulai.

Perbincangan saya dengan Ojel kala itu membahas seputar Veskil yang hendak merilis album kedua oleh Rotten Tank Records. Tak lama, perbincangan saya dan Ojel berakhir karena dia harus melakukan obrolan lain dengan rekan komunitasnya. Saya pun memilih tempat yang nyaman untuk duduk sesaat, sembari menyaksikan acara dan menunggu waktu wawancara bersama Dhoni. Tak lama, Dhoni pun kembali menyapa saya sambil mengajak untuk langsung melakukan wawancara. Kami menuju area kedap suara berbilik kaca di dalam clothing line miliknya. Saya pun menyalakan tombol perekam, dan wawancara kami dimulai.

Tahun berapa awal mula kemunculan kompilasi Grunge Is Dead?
Grunge Is Dead
pertama itu tahun '97. Waktu itu, Komunitas Purnawarman masih aktif. Band-band berasal dari Bandung semua, dengan musiknya yang pada waktu itu lagi musim: Alternative Rock, yang orang banyak menyebutnya Grunge. Salah satunya Junkhead juga pernah masuk di kompilasi. Terus ada Slum, kami juga (Nicfit), Been A Son, Jekpot, Waterbroke, banyak lah.

Apa yang menjadi trigger anak-anak komunitas Purnawarman pada waktu itu?
Oh, waktu itu saya sama teman-teman di kampus daerah Jatinangor, ada Yodi sama Bejo, kami bertiga yang menyiasati lahirnya kompilasi Grunge Is Dead. Alasan utamanya karena waktu itu lagi musim tiap komunitas punya album kompilasinya masing-masing. Ada beberapa kompilasi yang muncul di Bandung dari tiap komunitas musik. Kebetulan dari Purnawarman belum ada, terus "oh ya udah lah kita bikin kompilasi aja". Waktu itu baru beres acara Grungy (festival musik anak Grunge Bandung di tahun 90’an yang dihelat di Saparua). Setelah itu, Komunitas Purnawarman makin aktif, dan akhirnya, mungkin semua band yang main di acara itu masuk dalam kompilasi Grunge Is Dead.

Bicara Grunge atau genre alternatif, pasti nggak bisa lepas di era suksesnya tahun 90’an. Sedangkan kalian merilis album kompilasi Grunge Is Dead juga tahun 90’an. Tapi apa alasannya mengambil judul album ‘Grunge Is Dead’?
(tertawa) Jadi, dulu ada kaus / t-shirt yang dikeluarkan sama siapa gitu yang ada tulisan "Grunge Is Dead", kaus dari luar negeri. Banyak musisi luar negeri yang di skena Alternative Rock-nya, yang disebut Grunge oleh media, tidak mengakui sebagai Grunge. Apa itu Grunge? Pada akhirnya, timbul lah beberapa istilah, salah satunya itu "Grunge Is Dead". Waktu itu juga, di tiap komunitas punya beberapa slogan-slogan, misalkan kayak "Punk Not Dead". Nah, kami akhirnya mengambil slogan berjudul "Grunge Is Dead" untuk judul kompilasi.

Apakah kompilasi Grunge Is Dead mempunyai nilai cukup massive pada era awal kemunculannya, atau apakah berdampak pada sebuah movement?
Kalau untuk dibilang sebagai movement, waktu itu kami tidak terlalu sibuk untuk menciptakan atau membuat atau menggerakkan movement. Tapi, secara tidak sengaja itu menjadi sebuah movement. Ketika kompilasi Grunge Is Dead dirilis, banyak teman-teman dari luar kota yang request ke kami untuk dikirim ke kota-kota mereka.

Kasetnya?
Iya. Terus, juga ada yang datang langsung ke dan minta beberapa kopian untuk disebarin ke daerah lain. Banyak, waktu itu ada dari Lampung, Sukabumi, kalau nggak salah juga ada dari Australia deh. Ada beberapa yang kami kirim kesana. Terus, baru beberapa tahun kemarin sekitar 2012 - 2013 an saya dapat kabar bahwa kompilasi itu juga sampai Surabaya. Kami nggak menyadari itu, tapi kami tetap bergerak waktu itu. Jadi, waktu kami rilis nih, kita kopi, "oh banyak yang request", kami kasih, "oh, bikin lagi yuk!", sampai beberapa kali. Kami bikin perseratus kopi, sampai empat kali repeat. Jadi, totalnya ada 400an yang sudah kami rilis.

Movement apa yang terasa setelah rilis album kompilasi Grunge Is Dead ini?
Nah
, justru movement itu bukan kami yang jalani, tapi impact dari situ teman-teman kita dari luar yang banyak bergerak. Ada komunitas-komunitas baru tumbuh, ada band-band baru yang tumbuh, sementara kami sendiri di Purnawarman sedang collapse. Kami terlalu tenggelam di kesenangan, kami collapse dan tidak peduli dengan musik, tapi kita lebih fokus pada senang-senang aja. Akhirnya, orang-orang di luar Purnawarman yang banyak bergerak. Mungkin, ada beberapa yang ter-influence dari Grunge Is Dead.

Movement mereka untuk memblow-up musik Grunge di Kota Bandung ?
Ya. Mereka membuat kompilasi dari komunitas-komunitas yang banyak tumbuh di Bandung sampai tahun 2000an awal. Pertengahan sampai 2010an lah banyak sekali komunitas-komunitas yang tumbuh dan ada beberapa media juga yang membahas kompilasi itu. Saya pun baru menyadari itu tahun 2011, baru tahu bahwa ada media yang membahas ini. Malah ada tulisan teman dari Surabaya, si Yoyon, dia penulis yang bagus, membahas kompilasi ini sebagai pioneer di skena musik Alternative Rock independen.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner