Kisah Napak Tilas Rusa Militan dan Album Pertamanya: No Future

Kisah Napak Tilas Rusa Militan dan Album Pertamanya: No Future

Berawal dari sebuah tongkrongan biasa, hingga melahirkan grup bernama Rusa Militan.

Setelah penantian panjang selama kurang lebih enam tahun, akhirnya grup entitas folk-rock revival asal Bandung, Rusa Militan melepas album perdananya ke hadapan publik secara mandiri dengan tajuk No Future (2017). Rusa Militan diperkuat oleh formasi Mario Panji (vokal, gitar), Harry Marvelous (synth, microsamp), Ginar Raby (gitar, vokal) Goegah Gundara (bass, vokal) dan Narendradipa S. (drum, vokal). Band satu ini menawarkan musikalitas berbasis rock dengan kemasan futuristic dari permainan alat musik vintage yang mengawang-awang bersama trippy ala psikedelik-nya.

Siapa sangka, di balik nama grup yang kini memiliki ruang di banyak pendengar musik tanah air, mereka memiliki cerita yang tidak terduga. Rusa Militan terbentuk dari sekumpulan orang yang berkumpul di tongkrongan kelas menengah ke bawah, lebih tepatnya di sebuah kios atau warung. Darisinilah aktivitas bermusik dimulai, yang awalnya bermusik sebagai sebagai grup cover-an dan membawakan beberapa lagu milik Fleet Foxes, sampai akhirnya Rusa Militan memutuskan diri sebagai grup musik sampai saat ini.

 

Bagaimana sejarah awal terbentuk grup musik Rusa Militan ?
Sejarah awal terbentuknya kita (Rusa Militan) itu sederhana. Kita cuma sekumpulan anak-anak komplek yang sering kumpul di satu tongkrongan kios atau warung dekat rumah sambil jamming. Iya, simpelnya gitu aja. Terus, kita tahu band luar negeri namanya Fleet Foxes, kita suka dan sering dengerin lagu-lagunya mereka. Itu juga direkomendasiin sama tukang penjaga kios tempat kita nongkrong, terus sering kita dengerin sama anak-anak, waktu dulu Rusa Militan masih bertiga ada Mario, Ucok dan Kentung. Akhirnya, kita cover lagu Fleet Foxes di kios tempat kita nongkrong itu, udah gitu ada yang lihat pas kita coverin lagu Fleet Foxes itu dan juga ada yang sering bikin acara.

Singkat cerita, kita pun diajak buat ngisi di acara yang waktu itu kita manggung pertama di daerah Bahureksa tahun 2011 bawain salah satu lagu Foo Fighters. Ternyata waktu kita manggung pertama itu Narendradipa S (drum Rusa Militan) nonton juga. Waktu ada juga satu orang lain, dia sebagai EO (event organizer) yang ngajak kita buat main di gigs selanjutnya di kampus ITENAS (Institut Teknologi Nasional) Bandung. Dari yang awalnya cuma iseng, malah jadi serius dan singkatnya kita udah terpaksa serius akhirnya bikin band.

Jadi, waktu tahun 2011 itu kita kerjaannya main terus, nggak sempat bikin lagu. Ada sih 2-3 lagu, sisanya cover lagu orang. Karena sudah serius, ya mau nggak mau kita juga harus profesional, walaupun beberapa personil juga banyak yang kerja. Terus si Goegah (bass/vokal) dulu punya band lain. Waktu itu, posisi Ucok diganti, dari bass ke main gitar, terus Kentung keluar dan yang lainnya satu persatu masuk di Rusa Militan. Sebenarnya yang paling stranger masuk sebagai personil itu si Ginar Raby (gitar/vokal), dari audisi band kita masing-masing sekitar tahun 2007’an lah. Jadi, terbentuk kita dengan formasi seperti ini dari 2013 sampai sekarang.

 

Mengapa kalian menamai band kalian dengan sebutan Rusa Militan ?
Sebenarnya cuma stimulus aja, jadi nggak ada artinya khusus dari Rusa Militan. Cuma buat identitas aja, kalau ditanya sama orang nama band kita apa ya kita bilang Rusa Militan. Karena saya (Mario) terinspirasi dari grup musik Hardcore Punk namanya Milisi Kecoa. Kata saya “ada binatang, ada milisi” berarti ada kata kerja disitu terus ya udah aja saya bikin namanya Rusa Militan.

 

Musik folk seperti apa yang ingin Rusa Militan tonjolkan lewat musikalitasnya ?
Kita tidak mem-plotkan diri sebagai grup musik folk, kita sebenarnya jalan aja sih. Landasan musik kita sebenarnya rock, dan kenapa kita sempat bilang kalau kita band folk itu karena dulunya musik kita banyak adaptasi chord gitar tradisional makanya sempat berani. Tapi, kalau sekarang udah lah orang mau nyebut apa juga nggak masalah bagi kita. 

 

Kendala apa yang kalian alami selama enam tahun sebelum mengeluarkan album No Future ini ?
Enam tahun itu selama pembentukannya. Jadi, sebenarnya karena anak-anak (personil Rusa Militan) lagi pada sibuk, terus lagunya juga harus dibikin lagi sesuai dengan pakem Rusa Militan saat bergerak serius. Bagaimana caranya kita tonjolkan musik yang vintage tapi tetap terdengar youth dan sebenarnya nggak ada penyelesaiannya, ya udah jalanin aja.

 

Album No Future sendiri bertemakan apa sih ?
Masih tetap itu habluminannas (hubungan manusia dengan manusia) dan habluminallah (hubungan manusia dengan Tuhannya). Sebenarnya hubungan vertikal dan horizontal, udah itu aja sih. Jadi, intinya hubungan kita yang vertikal dan horizontal, ya kembali ke masing-masing lah entah horizontalnya sama siapa dan yang pasti harus tetap berhubungan jangan diam sendiri. Kalau konsep sebenarnya nggak ada sih, paling yang harus terdengar vintage tapi tetap youth doang sih.

 

Ada cerita khusus nggak, sampai wajah Ginar dijadikan kover album pertama kalian ?

Simpel sih sebenarnya. Kita nemu foto Ginar yang waktu itu kebetulan bagus dan ya udah aja kita pasang. Memang juga konsep kita itu ingin foto orang yang jadi kover album kita, sampai Octavia (Heals/Worthless Unit) juga sempat jadi kandidat dulu sebelum si Ginar, dan karena dirasa Octavia terlalu artis, ya udah aja kita ambil foto Ginar yang kebetulan itu bagus fotonya. Foto Ginar kenapa bagus, itu karena menurut saya (Mario) di foto itu backgroundnya semacam Ginar berada di Afrika dan terlebih dia pakai kacamata hitam vintage ala Boboho.

 

Terakhir, untuk musikalitasnya eksperimen apa yang bakal kalian lakukan di materi selanjutnya?
Tergantung kita dapatnya pengalaman apa nanti. Jika kita dapat pengalaman sesuatu, ya itu paling yang kita masukin. Album No Future itu kadang-kadang ada yang mengartikannya kayak nggak ada masa depan, ya kita nggak tahu satu detik kedepan seperti apa. Jadi, tergantung nanti aja kita dapatnya apa. Kalau ingin naik level sebenarnya pasti lah ya, tapi kayaknya benar kita tulisin apa yang kita alamin nanti. Sebenarnya kayak lagu-lagu di dalam album pertama kita itu adalah apa yang kita alami, kayak ada lagu “In To The Past” itu tentang metafisik atau eureup-eureup (sleep paralyzed) kalau kata orang Sunda dan bagaimana caranya kita menghadirkan hal itu ke dalam bentuk musik, jadinya seperti itu. 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner