Jeruji: “Ini Sebagai Pengejawantahan Nilai Hardcore yang Kami Pandang Sebagai Solusi”

Jeruji: “Ini Sebagai Pengejawantahan Nilai Hardcore yang Kami Pandang Sebagai Solusi”

Band hardcore asal Bandung, Jeruji baru merilis album mereka bertajuk “Stay True” di tanggal 28 Oktober 2016. Kali ini, Jeruji berkolaborasi dengan pergerakan Support. Don’t Punish. lewat album terbaru mereka. Inilah cerita yang diraih dari Andre (Gitar), Sani (Drum), dan Ginan (Vokal) yang ditemui secara terpisah.

Gimana cerita dari proses pembuatan album “Stay True”?

Sani: Ya, seperti biasa anak-anak band. Kami ngumpul, dengerin masing-masing referensi, terus menentukan benang merah Jeruji dari awal sampai album ke-empat seperti apa. Udah gitu, biasanya Andre sama Pengex yang bikin mentahnya. Sama kami diramu, di-aransemen ulang, latihan sampai fix. Lama album ini dibuat sekitar setahun.

Apa aja kendala yang dialami?

Andre: Kendalanya cuma dari kesibukan masing-masing. Terus, kami kan ada featuring juga sama Under The Big Bright Yellow Sun dan beberapa musisi lainnya, jadi kendalanya ngatur waktunya aja.

Apa tema dari album ini?

Sani: Masih sama kayak yang dulu-dulu, sosial politik. Tapi, bentuk perlawanannya tidak langsung. Kami melihat lingkungan sekitar dan isu yang sedang terjadi itu apa. Yang pasti, dalamnya ada perlawanan terhadap koruptor dan egoisme penguasa.

Apa yang membedakan album ini dengan album sebelumnya?

Sani: Secara lirik lebih banyak kiasan-kiasan, dan lebih mengajak para pendengarnya agar berpikir positif, dan melakukan apa yang harus kami lakukan ketika melihat kondisi lingkungan atau negara.

Siapa aja yang terlibat dari pembuatan album?

Andre: Kami sengaja ngambil dari mantan-mantan gitaris Jeruji juga kayak Agung, Ichad, sama Hinhin “Akew”, selain kolaborasi dengan Under The Big Bright Yellow Sun.

Kenapa lagu “Stay True” yang diangkat jadi judul album?

Andre: Karena “Stay True” teh mencerminkan diri kami masing-masing. Misalnya, saya dari tahun ‘93 masih di jalur underground  sampai sekarang udah 20 tahun lebih. Begitupun Sani, sama dari tahun ‘93an juga. Kalau yang lain mungkin pada beda-beda juga makna dari “Stay True”.

Adakah unsur genre lain yang masuk?

Andre: Banyak. Kami kan beda-beda selera musiknya. Kalau saya banyaknya dari metal, Pengex dari punk pisan, Ginan dari postrock, Sani dari jazz dan segala macam, jadi kami satu-satuin aja. Jadi, disitu ada yang berbentuk punk tapi di dalamnya ada nuansa metal dan rock jaman dulu.

Selain konsep, apalagi yang baru dari Jeruji, terutama ketika Ginan bergabung?

Andre: Yang jelas mah karakter vokal dari Themfuck dan Ginan jauh berbeda. Jadi, yang sangat mencolok mah dari karakter vokal yang sangat berbeda juga. Sekarang lagu-lagunya dan sound-nya juga sangat berbeda dengan album-album sebelumnya.

Ada tujuan khusus nggak kenapa Jeruji keluarin album “Stay True”?

Andre: Sebenarnya album ini untuk identifikasi kami juga, bahwa kami masih ada dan intinya sih memperkenalkan vokalis kami yang baru. Jadi orang-orang nggak masih berpikiran ini vokalis lama. Kami juga udah bosan bawain lagu-lagu lama, sekarang fokusnya ke lagu baru aja.

Susah nggak transformasi dari vokalis lama ke baru?

Andre: Waaaahh susahnyaaa.. Banyak juga yang masih nanya, “kenapa sih harus Ginan?” “kenapa Themfuck keluar?”. Masih gitu. Emang waktunya nggak setahun dua tahun, kami pasti butuh waktu yang lama. Lima tahun ke atas juga bekas Themfuck itu masih ada.

Lalu, kenapa Ginan yang dipilih?

Andre: Buat saya pribadi, Ginan itu pintar, dan yang penting behavenya masuk sama kami-kami. Untuk skill mah kami sama-sama belajar. Yang penting kami bisa bergabung bersama, ngobrol bersamanya enakeun. Jadi, intinya mah attitudenya gress.

Album ini kan bekerjasama dengan pergerakan Support. Don’t Punish., gimana ceritanya bisa bekerjasama dengan mereka?

Andre: Jadi kami berkolaborasi sama si Support. Don’t Punish. Kami campaign dengan war on drugsnya. Belum ada di kalangan band-band underground, khususnya di Indonesia yang berkolaborasi dengan sebuah movement yang berkampanye tentang perang dengan narkoba. Mereka asalnya dari Inggris. Jadi kami saling bantu.

Ginan: Konten musik Jeruji kan perlawanan, kritik, dan sebagainya, sedangkan hardcore sendiri adalah tentang solusi mengisi perlawanan itu sendiri. Oleh karena itu, kami bekerjasama dengan Support. Don’t Punish. ini sebagai pengejawantahan nilai hardcore yang kami pandang sebagai solusi.

Darimana ide awal untuk kolaborasi dengan Support. Don’t Punish. ini muncul?

Sani: Jadi, awalnya si Support. Don’t Punish. ini kerjasamanya dengan Rumah Cemara. Jadi, dia nggak kerjasama sama band, tapi sama yayasan Rumah Cemara. Edukasinya lewat yayasan-yasan yang istilahnya bergerak di bidang yang sama. Kan Rumah Cemara dulu tempat rehabilitasi untuk teman-teman yang pernah kena narkoba. Ketika Ginan masuk, dan ada utusan dari Support. Don’t Punish. dari Filipina dan Bangkok yang merupakan pengamat movement di Asia, mereka diajakin sama Ginan, ternyata mereka tertarik untuk bekerjasama dengan Jeruji. Karena, menurut mereka kami punya massa yang banyak jadi mungkin bisa menyuarakan stigma yang seharusnya nggak ada. Jadi, masuknya Ginan memang ngasih konsep baru juga buat Jeruji.

Ginan: Dari kedua belah pihak antara Rumah Cemara dan Jeruji.

Lewat apa Jeruji menyuarakan Support. Don’t Punish.?

Sani: Ada beberapa lagu yang diperuntukan bagi Support. Don’t Punish. atau bagi orang-orang yang ditindas dan didiskriminasi oleh pemerintah. Nah, kebanyakan kan sekarang pecandu narkoba ditangkap terus dipenjara, harusnya mereka direhab. Mereka hanya korban. Si Support. Don’t Punish. ini pengen korban-korban narkoba ini direhabilitasi, bukan masuk penjara. Lagunya ada di lagu “Revolusi Sunyi” dan lagu “Tentang Kalian”. Revolusi Sunyi juga diambil oleh Ginan dari buku Revolusi Sunyi. Kesimpulan dari situ sama Ginan dirangkum, dibikin lirik, jadilah sebuah lagu.

Kenapa Jeruji menganggap kalau movement ini perlu diangkat?

Sani: Karena memang teman-teman kami juga banyak yang korban narkoba. Kenapa nggak bandarnya aja yang dicokok gitu, yang dipenjara, tapi justru malah usernya. Harusnya, usernya direhabilitasi bukan dipenjara. Udah gitu menurut rumor kan perlakuan aparat di dalamnya tuh kurang baik. Kalau rehabilitasi kan mereka tahu metode-metode seperti apa, pendekatan- pendekatan seperti apa kepada korban-korban narkoba ini, sehingga mereka bisa sehat kembali, bisa sembuh lah.

Ginan: Ini sangat penting, karena kami menganggap negara kami semua gagal menanggulangi permasalahan Napza. Tiga Undang-Undang telah hadir semenjak tahun 1970-an, lalu apakah permasalahan menjadi lebih baik? Kami rasa tidak.

Menurut Jeruji, apakah movement ini bisa tersampaikan pada fans maupun subjek yang terkait lewat musik-musik Jeruji?

Andre: Namanya juga usaha mah ya pelan-pelan. Kami paling ngepush-nya dari sosial media kami juga, apalagi dari off-air. Kami juga selalu ngobrolin tentang masalah narkoba ini, supaya ini tersampaikan pada masyarakat, khususnya underground.

Apakah penyampaian pesan tersebut masih efektif lewat musik?

Andre: Iya, soalnya sekarang pecinta musik ini banyaknya dari anak-anak SMP juga. Setidaknya kami bisa memberitahukan apa sih dampak buruknya dari narkoba.

Ginan: Efektif itu memang harus diukur, tapi kalau menurut saya semakin banyak yang tahu aja itu sudah lebih dari cukup.

Ada rencana buat menyampaikan pesan tersebut lewat hal selain musik?

Andre: Rencananya kami ada tour ke Jawa, Bali, dan Lombok di bulan Februari-Maret. Disitu, contohnya kaya launching single kami “Bangkit Bersama”, selain perform kami menyediakan booth Support. Don’t Punish., ada foto-fotonya juga. Kami tour pun bakal bawa booth Support. Don’t Punish. itu juga jadi mereka pun ikut menyampaikan.

Ginan: Melalui diskusi-diskusi juga di ruang-ruang yang ada di Kota Bandung dan bekerjasama dengan simpul-simpul yang ada. Baik simpul ideologis, taktis, maupun strategis.

Jadi, hasil akhir apa yang diharapkan oleh Jeruji dengan kolaborasi ini?

Ginan: Tidak ada hasil akhir yang diharapkan, tetapi ini salah satu bentuk manifestasi nilai dari Jeruji bahwa “In Solidarity We Trust”. “Stay F#%kin True”, hehehehe…

Gimana kalau penyampaian movement ini malah salah kaprah. Misalnya, pecandu narkoba malah merasa mereka didukung dan membuat mereka merasa tak ada yang salah dengan itu?

Andre: Menurut saya, Support. Don’t Punish. itu kebanyakan dari stigma. Kayak “dia mah tukang mabuk”, kayak gitulah. Kayak yang ditangkap juga, menurut rumor mah disikat habis-habisan, jadi kami ngedukung dimasukin ke rehabnya.

Sani: Kami lebih ke “jangan pake narkoba”. Kalau udah kejadian, ya itu bisa di konsultasikan sama Support. Don’t Punish.

Kalau tentang kritik sosial, seberapa relevan kritik sosial disuarakan melalui musik?

Sani: Karena memang isu sosial politik di negara kami sedang panas-panasnya. Kalau negara kami adem ayem, semua makmur, rakyatnya makmur, kayaknya kami bikin lagu cinta. Emang keadaannya kaya gini. Kami bikin apa yang kami lihat.

View Comments (2)

Comments (2)

  • qdoyzcore
    qdoyzcore
    26 Nov 2016
    stay true maknyuuuuuuus (m)x(m)
  • krisssogonus
    krisssogonus
    6 Dec 2016
    stay true ahuy
You must be logged in to comment.
Load More

spinner