Hurt’Em : “Musik adalah Tempat Paling Tepat untuk Berekspresi Secara Bebas”

Hurt’Em : “Musik adalah Tempat Paling Tepat untuk Berekspresi Secara Bebas”

Dentuman ala hardcore punk, menjadi modal utama band Hurt’em yang diproduseri oleh musisi kenamaan Arian Arifin (Seringai). Seperti band cadas lainnya, Hurt’Em memiliki karasteristik sendiri, selain pemilihan nama untuk jalur musik grindcore yang terbilang asing, mereka juga memasukan tema-tema yang kental dengan unsur politik dalam 16 lagu di album perdananya, Condolance. Cara pandang personal dari Epan (bass), Oces (drum), dan Chuky (gitar) juga tertuang di beberapa lagunya, seperti salah satu single yang dicetuskan berjudul “Deceit/Patronage”. Lagu yang penuh kebisingan tersebut menjadi awal mula akan kehadiran mereka yang berdiri tegak dibawah bendera Lawless Records.

Sebelum terbentuk projek ini, pergantian personil pun, telah terjadi kala proses di dapur rekaman yang memakan waktu 1 tahun. Hingga kini mereka menetapkan tiga personilnya yang siap merentet lewat senjata musiknya, melibas kuping dengan kebisingannya,, serta menampar keras dengan tema lagunya. Be aware with Hurt’em

 

Bisa diceritakan awal mula Hurt’Em terbentuk? Kalian mengatakan diantara personil Hurt’Em juga mempunyai band sebelumnya dengan genre yang tak jauh berbeda dengan Hurt’Em, kalau begitu kenapa kalian membentuk band ini?

Hurt’em itu terbentuk pada tahun 2015, awalnya Epan dari Deth Krokodil menawarkan Caki yang pada saat itu sedang aktif di Beauty Kill the Beast untuk membuat sebuah band dan posisi drum pada saat itu diisi oleh Sarip dari Deth Krokodil, namun dalam waktu yang tidak begitu lama posisi drum digantikan oleh Oces dari Carnivored karena Sarip memiliki kesibukan yang cukup padat pada pekerjaannya.

 

Kalian mengusung genre grindcore, tapi nama yang kalian pakai mungkin berbeda dengan nama pada grup band grindcore umumnya, seperti mencoba nyeleneh atau semacamnya. Apa definisi nama Hurt’Em itu sendiri?

Sebenarnya tidak ada unsur kesengajaan agar terdengar nyeleneh atau semacamnya dalam pemberian nama Hurt’em itu sendiri, karena pada awal terbentuk dan berjalannya band kami malah belum sempat memikirkan nama band yang akan kami pakai. Kami lebih banyak menghabiskan waktu di studio untuk membuat materi, dan untuk definisi Hurtem itu sendiri setiap personil memiliki kacamatanya masing-masing. Namun pada intinya Hurt’em itu adalah mereka yang dipatahkan hatinya oleh dunia.

 

Dalam proses penggarapan materi hingga menelurkan album Condolance. Apa saja kendala yang dialami kalian?

Kendala dalam proses pengerjaan album paling banyak memakan waktu itu pada saat proses mixing dan mastering karena kami menghabiskan waktu sekitar 1 tahun lebih, itu lebih lama dari proses pembuatan materi dan rekaman yang hanya memakan waktu sekitar 6 bulan.

 

Sosok berjubah dalam cover album kalian, ingin menyampaikan pesan apa. Apakah temanya kental dengan politik atau kehidupan sehari-hari ?

Kami ingin menyampaikan pesan dari Condolance itu sendiri. 16 lagu yang menggambarkan tentang muak nya kalian dengan dunia ini yang didalam nya berisi dengan isu-isu politik, keserakahan, kemiskinan, kehidupan sehari-hari, patah hati dan sebagainya, bersifat universal.

 

Bagaimana kalian menyikapi perihal politik di Indonesia saat ini ?

Kita harus pintar-pintar dalam menyaring berbagai isu yang timbul dalam problematika politik saat ini sebab apabila kita terlalu gegabah dalam menarik sebuah kesimpulan nantinya akan menimbulkan presepsi dan pemahaman yang salah terhadap isu tersebut. Dan pikiran-pikiran kritis tersebut dapat dituangkan ke dalam tulisan atau lagu.

 

Kalian menyatakan bahwa tema yang diangkat masih seputar pandangan politik mengenai kacamata personal kalian. Lalu apakah musik kalian dapat menyampaikan perihal tersebut pada pendengar ?

Kami kembalikan lagi kepada pendengar apakah mereka mampu menerima apa yang kami telah sampaikan melalu album Condolance.

 

Lalu apakah musik keras nan bising seperti ini selalu berkutat pada jalur politik dalam temanya ?

Tidak selalu, karena menurut kami musik adalah tempat paling tepat untuk berekspresi secara bebas, mau tema apapun yang terpenting mengerti mengenai roots dari musik yang di pilih, dan yang pasti senang memainkan musik tersebut.

 

Oke, mungkin kalian ingin menyampaikan pandangan politik kalian lewat medium musik ini. Tapi bagaimana tanggapan kalian jika pendengar hanya “Menikmati Musik” kalian, bukan memahami tujuan kalian membuat album ini ?

Selagi mereka menikmatinya kami pun tidak ingin memaksakan apa yang kami kehendaki, dan cara kami mengedukasi mereka dengan lirik yang kami tulis dengan bahasa Inggris agar mereka mencari tahu sendiri makna dari lagu tersebut.

 

Salah satu lagu kalian berjudul “Avarice” terdengar berbeda dibandingkan lainnya dengan menggabungkan riff indie rock dengan vokal scream ala HC/Punk ?

Karena Hurt’em itu sendiri adalah musik yang tidak bisa kami mainkan di band-band kami sebelumnya, jadi disinilah tempat kami mengespresikan musik kami secara luas.

 

Jika berbicara dalam sekup skena musik cadas, bagaimana tanggapan kalian mengenai perkembangannya pada saat ini, khususnya di Indonesia ?

Menurut kami perkembangan musik di indonesia semakin baik dengan datangnya band-band baru dengan varian musik yang berbagai macam dan kami sangat bersemangat dengan hadirnya mereka yang mewarnai musik di Indonesia.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner