Fenomena Gigs Underground untuk Anak-Anak Generasi ‘90an

Fenomena Gigs Underground untuk Anak-Anak Generasi ‘90an

Anak-anak generasi ‘90an dan sering ke acara musik terutama underground di eranya pasti familiar dengan hal-hal yang akan dibahas disini. Ada beberapa hal yang seolah menambah keabsahan anak gigs dan menjadi satu paket lengkap. Mari kita bernostalgia sejenak dan mengingat kebiasaan-kebiasaan lucu yang kerap terjadi beberapa tahun ke belakang!

 

Pakai helm di gigs, sampai dibawa moshing

Entah apa tujuan dan motivasi yang sebenarnya, tapi fenomena ini sempat nge-hits, terutama di acara musik underground. Pada pertengahan tahun 2000, pemandangan ini seringkali ditemui, dan tidak hanya dilakukan oleh satu orang. Mayoritas lelaki, mereka bergerombol masuk ke dalam venue dengan menggunakan helm, dari mulai helm batok sampai helm half-face. Lalu, semakin banyak stiker band di helm tersebut, maka citra “anak musik banget” makin menempel, dan hal tersebut adalah hal yang keren dan patut dibanggakan. Seolah-olah menjadi aksesoris yang menambah estetika, mereka memakai helm selama acara berlangsung, hingga memakainya ke tengah moshpit. Mungkin, helm dipakai karena mereka ingin lebih aman ketika moshing, atau mereka takut helm tersebut hilang jika hanya digantung di motor masing-masing. Safety first, guys!

 

“A, stiker a!”

Stiker adalah salah satu daya tarik yang sulit untuk ditolak. Di era-era gigs terdahulu, baik personil maupun kru dari band yang sedang manggung seringkali melempar beberapa stiker ke arah penonton. Sebenarnya, strategi tersebut terbilang efektif, karena penonton dengan serta merta langsung merangsek ke tengah arena dan mengambil stiker. Terlepas dari si penonton suka atau tidak pada band yang melempar stiker, tetap saja dengan semangat empat lima mereka berebut merchandise yang dibagikan secara gratis tersebut. Malah, karena budaya lempar stiker menjadi lumrah untuk dilakukan, rasanya tidak sah jika sebuah band manggung dan tidak berbagi stiker ke penonton. Alhasil, istilah “a, stiker a!” menjadi salah satu kalimat yang pasti terujar di masa itu. Untuk band yang belum begitu dikenal pun, hal ini memberikan keuntungan tersendiri, karena penonton (setidaknya) menjadi tertarik untuk berdiri di depan panggung dan menonton mereka.

 

“Curi start” sebelum masuk venue

Mengingat acara musik seringkali dilengkapi dengan prosedur body checking sebelum memasuki arena, kerap kali penonton “bermain pintar” di luar pagar. “Daripada disita, lebih baik dihabiskan sebelum masuk!”, kurang lebih begitulah pola pikir yang tertanam di kebanyakan penonton yang ingin all-out di acara tersebut. Tidak semua, tetapi beberapa dari penonton melakukan hal ini, dan terjadi hampir di semua gigs bawah tanah. Memang, hal ini kerap kali menjadi pemicu terjadinya kericuhan ketika acara, tetapi untuk sebagian kalangan penonton hal ini seolah menjadi suplemen yang melengkapi euphoria nonton gigs kala itu (atau mungkin hingga hari ini). Syukurnya, makin hari penonton makin bisa mengontrol sikap dan makin sportif. Kira-kira apa sih yang dimaksud? Untuk Coklatfriends yang sering datang ke acara atau melakukan hal yang sama, pastilah sudah pasti dimengerti arah topik yang disinggung disini. Jika tidak, sebut saja mereka mengkonsumsi asupan penambah kepercayaan diri. (baca: alkohol)

 

Menunggu gate masuk bisa “dijebol”

Di jaman-jaman micro gigs sedang menjadi acara dengan intensitas yang sangat sering, kebiasaan ini adalah hal yang paling diantisipasi oleh panitia penyelenggara acara. Meski dibandrol dengan harga tiket yang tidak mahal, tetap saja banyak penonton yang menunggu hingga ada celah dalam suatu acara untuk menjadi sarana mereka menjebol barikade dan masuk secara cuma-cuma. Titik-titik venue yang luput dari keamanan atau dirasa mudah untuk ditembus menjadi target utama bagi para “penjebol” acara. Sebenarnya, ini adalah hal yang tidak baik untuk dilakukan. Selain karena membuat penyelenggara acara mengalami kerugian, kapasitas venue yang bisa jadi tak cukup menampung penonton yang masuk secara liar bisa menjadi masalah yang cukup krusial. Selain itu, dengan masuknya penonton tanpa ijin dan cek yang prosedural, kriminalitas lebih mungkin terjadi. Meski ini adalah kebiasaan yang sempat hype, demi meminimalisasi hal-hal yang tidak diinginkan lebih baik jangan dilakukan ya, Coklatfriends!

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner