DCDC Substereo: Musik Lamebrain Membawa Klimaks tiap Telinga

DCDC Substereo: Musik Lamebrain Membawa Klimaks tiap Telinga

Trio rock ini menawarkan penampilan yang tidak monoton. Mereka menyajikan titik klimaks di bagian-bagian tertentu.

Mendekati hari perilisan album penuh perdananya yang ditandai dengan single “Repulse”, trio blues-rock asal kota Bandung yaitu Lamebrain, diundang ke program DCDC Substereo pada hari Selasa lalu. Program ini merupakan program mingguan yang disiarkan secara langsung melalui frekuensi Radio OZ, 103.1 FM Bandung. Pada program ini, Lamebrain akan diajak berbincang mengenai grup musiknya, sekaligus membuat "berisik" studio Radio OZ karena mereka pun dipersilahkan untuk tampil secara live dengan konsep full band.

Cuaca dingin setelah diguyur hujan serta merta berubah hangat saat Lamebrain melakukan check sound di studio Radio OZ, tepat sebelum segmen pertama dimulai. Saya yang telah hadir di lokasi acara pun mencermati permainan yang disajikan oleh Lamebrain, yang menurut saya jarang ditemukan di band-band lain. Sebenarnya, ada beberapa kesamaan dengan band-band sejenis mereka di ranah lokal, tapi tidak tahu mengapa ketika saya melihat Lamebrain saat itu, mereka terdengar dan terlihat berbeda. Setelah tiga pria gondrong tersebut melakukan checksound, satu persatu dari mereka keluar dari ruang studio musik duduk di sofa dengan leluasa, bersama dua teman mereka, sang manajer dan rekan-rekan bermusik.

Melihat kursi kosong di hadapan mereka, saya langsung duduk dan berkenalan dengan tiga personil Lamebrain. Mereka bernama Alan (gitar & vokal), Mufti (bass), dan Prama (drum). Perkenalan itu berlanjut dengan cerita singkat saya tentang pengalaman saya menonton mereka beberapa kali di atas panggung. Lamebrain pun berterimakasih pada saya karena hal itu. Perbincangan antara saya dan Lamebrain kala itu saya manfaatkan untuk dapat mengenal mereka dengan lebih akrab. Setelah sekitar 20 menit saya berbincang-bincang, Rama memanggil para personil Lamebrain untuk masuk ke ruang siaran dan memulai segmen pertama.

Di segmen pembuka, Ekky Dharmawan dan Denny Hsu membuka DCDC Substereo serta mengenalkan Lamebrain kepada para pendengar OZ Radio. Tiga personil band rock itu juga langsung mengenalkan namanya. Setelah itu, mereka membahas tentang materi yang tengah digarap oleh Lamebrain, yakni single “Repulse” yang nantinya bermuara ke album penuh pertama mereka. Diskusi pun berjalan dengan santai dan cukup menarik. Lamebrain juga mengungkapkan proses yang mereka lalu, dari kisah awal mereka dinaungi label independen bernama Dermaga Records, sampai akhirnya memutuskan untuk lepas dari label tersebut dan memilih jalur mandiri dalam perihal produksi untuk album pertamanya nanti. Obrolan hangat diselingi tawa di segmen pertama pun selesai, dan Lamebrain harus pindah posisi karena mereka akan tampil dan membawakan lagu pertama mereka di studio OZ Radio.

BACA JUGA - DCDC Substereo: Berpesta Ria Bersama Grup Rock Muda Asal Bandung, Lizzie

“Bunny's Playground” adalah lagu pertama yang dibawakan oleh Lamebrain. Seperti yang telah saya sebutkan, saya telah beberapa kali menyimak penampilan Lamebrain di atas panggung. Di lagu yang telah dibawakan beberapa kali itu pada beberapa panggung, Lamebrain mengawali dengan intro yang cukup soft, seperti yang kerap ditemui pada beberapa musik beraliran blues. Teriakan Alan saat itu pun terdengar kurang begitu jelas bagi saya, karena saya menyaksikan mereka di balik kaca studio. Mata saya terfokus pada permainan drum dari Prama, karena gerakan tangannya yang sangat enerjik. Saat sampai di bagian melodi, musik Lamebrain terdengar meledak-ledak. Tempo musiknya dimainkan lebih cepat. Bagian inilah yang sangat saya sukai dari Lamebrain. Setelah penampilan mereka selesai, para personil Lamebrain keluar dari ruangan, dan menyulut sebatang rokok sembari menunggu segmen kedua dimulai.

Tiba di segmen kedua. Tiga personil Lamebrain beserta dua penyiar kenamaan OZ kembali masuk ke ruang siaran. Pada perbincangan kali ini, penyiar OZ membuka obrolan mengenai karya hak cipta yang baru-baru ini disalahgunakan, dan pihak band membawanya ke jalur yang lebih serius untuk diperdebatkan. Lamebrain selaku musisi dimintai tanggapan untuk menyikapi hal seperti itu. Selanjutnya, salah satu penyiar OZ bertanya mengenai proses kreatif dan gimmick di album penuh yang akan dirilis oleh Lamebrain nantinya. Lamebrain memaparkan bahwa sebelum album penuhnya dirilis (yang rencananya dalam bentuk kaset), single “Repulse” juga telah dikeluarkan sebelumnya dalam bentuk kaset pada helatan Record Store Day 2017 lalu. Namun, untuk di album penuhnya, single itu akan direkam ulang dan dikemas dengan lebih fresh. Setelah melakukan perbincangan seru, Lamebrain kembali dipersilahkan untuk membawakan dua lagu selanjutnya. Ini adalah dua lagu baru dan belum memiliki judul, sampai akhirnya Lamebrain menamainya dengan “T9” dan “For C. Marlowe”.

Permainan Lamebrain saat membawakan dua lagu barunya itu pun nyatanya masih erat dengan intro musik blues, yang seakan mendarah daging bagi musik mereka. Serupa seperti pada permainan lagu di segmen pertama, saya kembali dihadapkan oleh warna musik semi halusinasi yang dihasilkan dari riff gitar yang unik. Bagi saya, riff gitar Lamebrain seperti memberi suasana mengawang ala shoegazing, tapi hanya berupa selingan yang lalu ditimpa elemen musik lainnya. Dari segi vokal, Alan bernyanyi dengan lebih rapi ketimbang segmen sebelumnya. Lagu demi lagu dimainkan secara jujur oleh, tanpa mengadopsi berbagai influence musisi rock lain pada lagu barunya.

Lanjut pada segmen terakhir acara DCDC Substereo. Pada sesi obrolan kali ini, tidak terlalu banyak pembahasan mengenai proyek musik Lamebrain. Di segmen ini, Lamebrain dipersilahkan untuk melakukan promosi dari materi-materinya yang dapat dinikmati melalui beberapa kanal streaming Lamebrain. Akhirnya, kedua host DCDC Substereo pamit, dan acara ditutup dengan penampilan Lamebrain yang membawakan lagu “R” dan single “Repulse” sebagai hidden track.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner