Coklat History - Berita Musik : Dari Saparua Hingga Berhijrah Ke Cimahi Part II-

Coklat History - Berita Musik : Dari Saparua Hingga Berhijrah Ke Cimahi Part II-

Namun, kendala tidak berhenti sampai disana. Harga sewa Dago Tea Huis (House-RED) yang tak sebanding dengan jumlah pemasukan, membuat Dago Tea Huis ditinggalkan. Karena sulitnya mencari venue pengganti, akhirnya di era 2000-an acara-acara underground pun mulai jarang ditemui.

Namun pada medio 2004, bersama-sama dengan industri rekaman indie label yang kian menggeliat, komunitas underground pun kembali bangkit. Hal ini pun seakan menjadi kebangkitan kembali semua genre musik di Kota Bandung.

Akan tetapi, masalah klasik tentang venue tetaplah menjadi masalah yang sulit untuk dicari jalan keluarnya. Namun, hanya orang-orang kreatiflah yang mampu berkreasi di saat sulit seperti itu.

Venue  pun kemudian digeser ke Asia Africa Culture Center (AACC), YPK Naripan, Dezon, Parahyangan Plaza, STSI, Unpas Setiabudhi, hingga ke kafe-kafe yang berkapasitas lebih kecil. Sebut saja, kafe Laga Asia Afrika, TRL, hingga Classic Rock Trunojoyo, beberapa dari venue-venue yang disebutkan sudah hilang tergerus era modernisasi atau tutup buku alias tutup atau pun berubah menjadi tempat lain. Mereka nyaman untuk menjadikan tempat-tempat tersebut sebagai primadona baru setelah Saparua dan Dago Tea Huis.

Namun, memasuki tahun 2008, sebuah tragedi kelabu menerpa komunitas underground Bandung. Sembilan nyawa harus melayang saat gelaran konser launching album perdana dari salah satu band metal asal Bandung, di AACC. Haru biru menyelimuti seluruh pelaku komunitas underground saat itu. Hal yang lebih menyakitkan, pasca tragedi kelabu itu, perizinan untuk menggelar acara-acara berbau underground pun sulit untuk mendapat izin dari pihak pengaman. Hingga akhirnya untuk beberapa lama geliat konser-konser di Bandung pun seakan meredup.

Namun, mereka tak kehilangan akal. Usaha terus mereka lakukan untuk terus menghidupkan generasi-generasi kreatif dalam bidang musik di Bandung. Acara-acara pun banyak di geser ke tempat-tempat yang dirasa kurang pas untuk gelaran sebuah acara musik. Kita bisa menyebut salah satu nama, yaitu Bengkel Viersa, yang terletak di bilang Jalan Buah Batu, Bandung. Beberapa kali acara pernah diselenggarakan disana, namun hanya dalam skala yang kecil.

Semakin sulitnya mengurus perizinan untuk menyelenggarakan acara berbau underground di Bandung, dengan skala yang besar, membuat komunitas underground Bandung terpaksa harus hijrah menuju Kota Cimahi, dan ke daerah Kabupaten Bandung untuk bisa menggelar acara-acara musik. Beberapa acara yang pernah dilangsungkan di Cimahi di antaranya Bandung Berisik 2010 (Lap Brigif, Cimahi), Hellprint (Yon Armed, Cimahi, Lanud Sulaeman, Kopo), Burning Fest (Yon Armed, Cimahi), Bandung Berisik 2012 (Lanud Sulaeman, Kopo) dan masih banyak lagi.

Namun, memasuki era 2013 titik terang seakan ditemukan oleh para komunitas underground Bandung, mereka kembali ke kota asalnya dengan gelaran Bandung Berisik 2013 yang berhasil digelar di Stadion Siliwangi, Kota Bandung dengan berjalan aman. Sejak saat itu, kini mulai banyak lagi bergeliat pelan tapi pasti acara-acara berbau underground yang diselenggarakan di Kota Bandung, meskipun skalanya terhitung tidak terlalu besar, tapi suatu saat Komunitas Underground Kota Bandung akan kembali menemukan romantisme era Saparua di zaman sekarang ini.

Sumber : Berbagai Sumber

(Septian Nugraha)

Foto : www.flickr.com , rival666.blogspot.com

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner