Cerita dari Nickname Personil Kelelawar Malam

Cerita dari Nickname Personil Kelelawar Malam

Menggeluti sebuah proyek musik tentu tak bisa lepas akan proses perjalanannya, seperti salah satunya grup musik horror punk asal Jakarta Kelelawar Malam. Pembentukan dalam berkarya lewat musik, telah dimulai sejak 2008 silam oleh Kelelawar Malam. Selain dari rentan waktu, musik Kelelawar Malam pun masih terbilang sangat signifikan nan unik dengan mengangkat tema film horror lokal 70’an dan mengadaptasi berbagai karya buku beraroma horror lainnya.

Kelelawar Malam, khususnya selain menggunakan sosok pocong untuk hadir memenuhi beberapa konser yang dihampiri, mereka juga sempat manggung di salah satu teater bernama Miss Tjitjih berlokasi di bilangan Jakarta Pusat. Hingga kini, penampilan mereka tersebut pun masih ternigang di benak para personil Kelelawar Malam akan kesannya. Sesuai dengan nama grup musiknya yang lebih menonjolkan dari sisi horror, Kelelawar Malam juga menggunakan nama lain khsususnya untuk nama personil mereka seperti  Sayiba Von Mencekam (Vokal/Gitar), Deta Beringas (Gitar/Vokal), Fahri A-Maut (Gitar), Uri Mongol (Bass) Dan Hafid Buto (Drum).Penggunaan nama personil di Kelelawar Malam juga menggunakan nama juga didasari oleh The Misfits yang juga melakukan hal serupa untuk grup musiknya. Tak ingin berhenti sebagai keunikan semata, sang vokalis Kelelawar Malam pun mengungkapkan mengenai penggunaan a.k.a tersebut.

“Yang kasih nama itu saya (mencekam) sama Deta, gak ada alasan khusus untuk nama Saya dan Deta murni terdengar keren, untuk Fahri al-Maut karena sayatan gitarnya sangat mematikan, untuk Uri Mongol karena dia suka cerita pengalaman jalan-jalan ke Mongol dan untuk Hafid Buto karena dia besar, lalu mantan personel kita Apin Kiamat karena kelakuan akhir zamannya dia (tertawa),” ungkap Sayyiba Von Mencekam lewat wawancara bersama Kelelawar Malam.

Tak lepas dari perjalanan musik band yang sangat beraroma kemenyan itu. Kelelawar Malam pun sempat melakukan kolaborasi khususnya dari segi materi yang untuk dinikmati oleh pendengarnya. Kolaborasi Kelelawar Malam pun didasari oleh ruang lingkup pertemanan, khsususnya dengan duo experimental post-rock asal kota serupa Ghaust. Bersama dengan Ghaust, Kelelawar Malam telah banyak menelurkan split album seperti Split 7” (Grieve, Records 2013) dalam bentuk piringan hitam.

Proyek musik antar Ghaust dan Kelelawar Malam memang memiliki keterikatan yang cukup dekat, terlebih sosok Alm. Edo Perdrico yang merupakan penggebuk drum di Ghaust, juga telah banyak membantu untuk proses produksi di Kelelawar Malam hingga album keduanya Jalan Gelap pun didedikasikan bagi mendiang Edo. Selain Edo, Ghaust pun mempunyai Uri di posisi gitar yang kini juga merupakan bagian personil dari Kelelawar Malam. Jalinan erat pun semakin terlihat ketika Kelelawar Malam dan Ghaust melakukan tour bersama dengan bertandang ke beberapa kota di negeri Jiran dan Singapore di tahun 2010 silam.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner