Beeswax : “Musik Di Malang Itu Sebenarnya Ada, Nggak Cuma Jakarta Atau Bandung Aja”

Beeswax : “Musik Di Malang Itu Sebenarnya Ada, Nggak Cuma Jakarta Atau Bandung Aja”

Sudah tak akan ada habisnya jika membahas perjalanan skena di ranah musik indipenden lokal. Mungkin bagi khalayak umum, kota besar seperti Jakarta atau Bandung yang telah banyak melahirkan berbagai proyek musik berpotensial, hingga terbaru saat ini Yogyakarta khususnya untuk gelombang noise. Malang, yang dikenal sebagai kota Apel ternyata mempunyai beberapa proyek musik yang cukup potensial termasuk skenanya sendiri.

Seperti halnya Beeswax, grup musik beraliran Indie Rock yang bernuansa Emotive ini mengungkapkan bahwa hasil produksi materi dari band Malang tak kalah menarik dibandingkan kota lainnya. Tak ingin menjadi sebuah prioritas utama, Beeswax yang terdiri dari Bagas Yudhiswira (voc), Raveizal Ario Sayoga (voc/gitar), Putra Vibrananda (voc/bass), dan R. Yanuar Ade (drum) juga mempunyai harapan agar penikmat musik lebih melirik band-band asal Kota Malang lainnya.

BACA JUGA - Reportase : Tajuk Microverse #3 Hangatkan Kebersamaan Dalam Nuansa Musik Emotive

Bagaimana pendapat kalian ketika setelah main di kota Bandung ?
Ini kali pertama bagi Beeswax main di acara musik Kota Bandung. Rasanya ya, seru banget disini. Terus orang-orangnya welcome, kalau dibandingin sama Malang di Bandung lebih adem.

Perjalanan musik Beeswax hingga sekarang sudah sejauh apa sih ?
Jadi kita sekarang sudah punya sekitar 10-13 lagu mungkin untuk album ketiga kita, itu ada proses rekaman mungkin ada yang beberapa masih kurang kayak take vokal, sama PR-nya juga masih lirik. Jadi Beeswax sebenarnya terbentu dari tahun 2014, pengerjaan materi kebanyakan yang garap itu Bagas didalam kamarnya. Terus kebetulan didengar sama Vino dari Haum Entertainment tertarika untuk merilis materi Beeswax, akhirnya Bagas ngajak beberapa personil lain untuk bikin format band.

Terus katanya Bagas juga punya proyek musik solo. Bisa diceritakan mengenai proyek musik tersebut ?Sebenarnya itu cuma proyek musik iseng sih, tapi kalau kedepannya serius ya dijalanin aja. Bisa dibilang proyek solo saya (Bagas Yudhiswa Putera), proyek kamar mandi lah ya dan memang proses pengerjaannya itu didalam kamar dengan alat yang seadanya, kalau sudah selesai terus diupload ke layanan musik streaming. Kalau Beeswax dulu awalnya memang berangkatnya juga dari situ, cuma perlahan jadinya format sebuah band. Kalau proyek solo saya ini masih nggak tau jadinya format apa, yang penting ada aja dulu.

Pengalaman seperti apa dari Beeswax, ketika awal mula berkiprah dalam musik Emotive di Malang ?
Jadi, awal mulanya itu Bagas waktu itu baru beli sound card baru terus pingin rekaman. Kebetulan waktu itu lagi ramai-ramainya musik Hardcore di Malang, ya terus karena stereotipe menganggap musik Emo ‘begitu’. Jadi pada waktu itu, Bagas nostalgia dan akhirnya bikin musik Emo. Alhamdulillah responnya cukup lumayan dari yang dengar waktu itu, terus yasudah dilanjutin aja sampai sekarang. Tapi pada saat perjalanan karir musik dulu, sempat dicekokin sama Achmad Alfan Rahadi ‘Papa Onta’ yang bisa dibilang dia senior skena di Malang. Jadi pas waktu bikin lagu itu, di nyaranin dengar beberapa band terus lama kelamaan malah jadi ngulik.

Kalau dibandingkan dengan Malang, pernah ada acara sperti Microverse #3 ‘If It Kills Me’ ini nggak sih ?Kayaknya belum pernah sih bikin acara seperti ini di Malang, tapi pingin sih bikin acara seperti ini di Malang karena skena Emo-nya juga sekarang lagi berkembang. Untuk di Malang sendiri, cukup salut juga dengan band-band yang baru bermunculan disana. Karena, kalau otomatis jika mereka berkembang nggak diam gitu aja dan mereka pasti ngikutin perkembangan skenanya gitu. Terus ada sifat perhatian juga ke musik Emo ternyata, jadi suatu kebanggaan buat Malang punya skena Emo yang sedang berkembang.

Apa harapan Beeswax kedepannya untuk gelombang musik Emo ini sendiri ?
Semoga Emo di Kota Malang nggak cuma bisa berangkat di Indonesia aja, tapi bisa keluar juga karena beberapa pendengar diluar banyak juga yang mendengarkan musik indie Indonesia. Jadi sampai kemarin kita tau ada yang seperti itu, kemarin ada yang dari China ngajakin Beeswax untuk bikin kompilasi Emotiono sama band-band semacam Chinesse Football dan lainnya. Tapi diluar itu, kita juga sebagao grup musik dari Kota Malang nggak pingin ngomongin masalah genre musik atau apa lagi. Kita ingin, Malang itu ada sebenarnya nggak cuma dilirik dari Jakarta, Bandung atau kota-kota besar lainnya. Kita juga sama punya skena musik sendiri yang hidup seperti mereka dan media sekarang jadi lebih terbuka dengan musik dari Malang. Intinya kita pingin ngenalin sama orang-orang bahwa, di Malang itu bukan cuma Beeswax atau Much tapi masih banyak yang lainnya dan semoga bisa melihat lebih dalam potensi musk dari Malang.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner