Barasuara: “Skill Dalam Bermusik itu Penting”

Barasuara: “Skill Dalam Bermusik itu Penting”

Tanggapan Barasuara tentang skill bermusik dan menjadi “Indonesia”

Sebagai salah satu band yang naik daun cukup cepat setelah merilis debut album Taifun pada 2015 lalu, band Barasuara sempat menjadi fenomena yang viral di dunia maya. Terlepas dari segala kontroversinya, band ini menuai banyak pujian karena memang memamerkan kemampuan bermusik yang mumpuni karena para personilnya yang mengenyam pendidikan musik. Salah satu hal yang paling menarik dari Barasuara juga berusaha “menjadi Indonesia” – mengutip salah satu lagu Efek Rumah Kaca- melalui penggunaan lirik berbahasa Indonesia hingga style batik sang vokalis. Lewat wawancara sangat singkat di sela-sela penampilan DCDC Musikita, Barasuara mengeluarkan opininya terhadap skill bermusik hingga karakter “Indonesia” yang mereka dapatkan.   

Tiap Lagu di Barasuara itu lebih banyak menceritakan tentang apa sih?
Intinya karena saya yang tulis sendiri, ini kayak sudut pandang saya terhadap apa yang terjadi di masyarakat dan apa yang terjadi di sekitar saya juga. Lalu dituangkan di angle  yang berbedalah gitu, jadi bagaimana melihat sudut pandangnya umum lewat cara yang berbeda, intinya seperti itu sih.

Menurut kalian seberapa penting skill dalam bermusik ?
Skill, dalam bermusik itu penting karena untuk menyampaikan apa yang ingin disampaikan di musik. Kalau ngga ada skill, berarti cuma ada di ide doangkan kan butuh skill dalam penyampaian dalam arti kata, tangan, atau suara, atau apapun. Tapi memang itu bukan yang paling utama, tapi itu sangat diperlukan.

Lalu bagaimana tanggapan Barasuara mengenai Skill Is Dead ?
Itukan sebenarnya statement-nya Teenage Death Star, tapi sebenarnya mereka bilang skill is dead mereka juga bisa main musik. Sebenarnya skill-nya enggak is dead amat sih, jadi ya enggak lah.

Tapi benar nggak sih, kalian mengusung konsep ‘Menjadi sebenar-benarnya orang Indonesia’ ?
Enggak, itu cuma kayak stigma di banyak orang tapi sebetulnya, ‘Menjadi sebenar-benarnya orang Indonesia’ sebenarnya itu hal yang sangat pribadi dan kami dari Barasuara juga nggak mengkampanyekan itu. Cuma kesadaran itu nggak bisa dipaksakan sih jadi emang kami benar-benar menyediakan musik aja kok, apapun yang ditangkap orang persepsi tentang hal itu syukur-syukur bisa membantu untuk menyadarkan dari hal yang positif, selebihnya sih tangung jawab masing-masing.

Terus apa ada hubungan dengan statement tersebut dengan pakaian batik yang dikenakan Iga setiap manggung?
Ini kan sebuah budaya yang sangat kaya kami punya gitu ya, dan ini salah satu motivasi pribadi saya untuk preserve dengan apa yang kami punya gitu. Berusaha untuk memperkenalkan ini ke banyak orang yang lebih luas dalam artian orang yang di luar Indonesia.

Nah, di Barasuara kan beberapa personilnya punya projek musik lain-lain. Bagaimana cara mengaturnya ?
Karena sebelum terbentuknya Barasuara, kami sudah berasal dari projek sendiri. Jadi atas toleransi kami musyawarah, kami di Barasuara ini punya projek lain. Jadi ketika ada tabrakan jadwal, semua itu di bicarakan dan so far sih tidak ada masalah karena masing-masing member kan punya kepentingan juga. Dan kami selalu menghormati akan hal itu jadi intinya semuanya itu di komunikasikan (Puti Chitara). Justru kalau saya (Gerald Situmorang) di Barasuara, terutama untuk musik jadi sangat suportif untuk berkarya, misalkan kalau salah satu dari kami bikin konser yang bantuin juga teman-teman di Barasuara sendiri, dan jadi saling berkesinambungan dan memberikan kesempatan untuk hal yang baik.

Di Barasuara sendiri, apakah ada target khusus yang ingin kalian capai lewat bermusik ?
Kami ingin terus berkarya dan bermain musik, menjadi lebih baik, belajar lagi dan terus awet hingga selama-lamanya. Dan bisa membuat hal yang positif bagi kami juga.

 Di tahun 2017 ini, apa sih resolusi yang ingin kalian capai dan proyek apa yang kalian kerjakan ?
Album baru pasti, dan dalam waktu dekat kami sedang mengerjakan workshop dalam seminggu, yang entah nantinya akan berujung seperti apa dari workshop tersebut. Jadi memang beberapa waktu dekat ini, kami mau bikin semacam kayak bikin lagu selama seminggu. Siapa tahu nantinya bakal menjadi sesuatu bagian dari eksperimen juga dan kami ngga tau apa yang terjadi juga sih.

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner