Animo Penggemar Rilisan Musik Selipkan Cerita Dalam Tajuk Records Store Day 2017  Bandung.

Animo Penggemar Rilisan Musik Selipkan Cerita Dalam Tajuk Records Store Day 2017 Bandung.

Records Store Day, yang merupakan salah satu rangkaian acara bertujuan untuk membangkitkan kembali rasa dalam menikmati karya musik, khususnya dalam kemasan rilisan fisik. Telah berkembang sejak 2007 silam, tepatnya di ranah mancanegara hingga masuk ke ranah lokal seperti Indonesia pada kurun waktu 2013 silam. Masuknya ke ranah Indonesia yang dihelatkan beberapa titik kota Indonesia termasuk Bandung salah satunya. Tanpa disadari, sepanjang perjalanan tajuk RSD ini animo dari konsumen penikmat karya musik hingga kini semakin bertambah sampai tercetus sebuah istilah di ranah lokal‘Jajanrock’. Perjalanan tajuk Records Store Day di Bandung khususnya, baru saja berhasil dihelatkan pada tanggal 21-23 April 2017 di beberapa titik lokasi seperti Keep Keep Musik,Pasar Cikapundung, Riotic Records, dan Rumah Kelinci.

BACA JUGA - Reportase : Rumah Kelinci Turut Ramaikan Tajuk Hari Records Sedunia

Selain memiliki beragam alternatif dalam perhelatan Records Store Day 2017 untuk chapter Bandung sendiri, untuk titik lokasi Keep Keep Musik dapat dikatakan paling sukses. Selain menghadirkan lapakan dari beberapa records label, perhelatan kala itu juga menampilkan performa dari beberapa grup musik seperti Deugalih, Sisir Tanah, Collapse, Under The Big Bright Yellow Sun, dan Polyester Emabssy. Setiap perhelatan Records Store Day selalu saja mempunyai rilisan eksklusif dari para musisi untuk materi musiknya, pada tahun ini pun rilisan Eksklusif yang menjadi keunikan di Records Store Day paling banyak keberagamannya. Sebut saja beberapa rilisan seperti The Sigit Hertz Dyslexia Part II (2009-2017 FFWD Records), Heals Spectrum (2017, FFWD Records), Under The Big Bright Yellow Sun Painting Of Life (2012-2017 Psrtck Store & Warkop Musik), Under The Big Bright Yellow Sun Quintessential Turmoil (2014-2017 MonsterStress Records, Maternal, & Lokananta Records), Rajasinga Live/B-sides (2017 Negrijuana Productions), Sigmun Crimson Eyes & Live Lokananta (2015-2017 Orange Cliff Records, Tandang Records), Mustache And Beard Manusiaku Manusiamu Manusia-Nya (2016-2017 Sadda Records) dan lain sebagainya.

Seperti biasanya jika pada perhelatan RSD atau CSD (Cassette Store Day) para kolektor yang mengincar rilisan eksklusif tentunya datang sebelum waktu ditentukan, dan pada perhelatan RSD yang dilakukan pada lokasi Keep Keep Musik Bandung pun tetap terulang kembali. Namun pihak penyelenggara tetap melakukan open gate sesuai dengan waktu yang telah ditentukan yang kala itu dimulai pada pukul 12.00 WIB. Tak salah tentunya jika ada ungkapan berupa ‘sebuah penantian pasti berujung dengan manis’ dan hal tersebut pun dirasakan oleh para pengunjung yang datang. Selama rangkain Records Store Day di ranah lokal khususnya Bandung, rilisan dari Nanaba Records tetap menjadi daging empuk bagi para kolektor musik lokal yang saat itu dari label tersebut merilis tiga rilisan terbarunya seperti Nonanoskins Richocet Baby (2017), Payung Teduh Live And Loud (2016-2017), dan Castaroy Portrait of A Woman on A Crossroad (2017). Seketika tiga jenis rilisan dari Nanaba Records tersebut langsung habis tak tersisa sekeping pun, tak lama pun salah satu personil dari Rajasinga, Morrgth, datang dan dengan membawa rilisan fisik kaset pita pertamanya. Para pengunjung pun telah membentuk antrian panjang hanya untuk mendapatkan rilisan dari Rajasinga berbentuk paket yang berisikan kaset dan kertas gulung itu seharga Rp 65.000 tersebut. Tak hanya rilisan Nanaba Records dan Negrijuana Productions saja, FFWD Records selaku label yang menaungi The Sigit, Polyester Embassy, Heals, dan rooster lainnya juga merasakan impact besar pada acara RSD 2017. Pada tahun lalu khususnya, FFWD Records juga sempat berkontribusi dengan merilis kaset pita berupa single dari Lizzie dan Heals. Namun, pada tahun ini pun FFWD Records juga melakukan hal serupa yaitu dengan merilis ulang materi The Sigit Hert Dyslexsia Part II dan album penuh pertama dari rooster-nya Heals Spectrum. Popularitas The Sigit yang kini telah melambung tinggi menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung untuk membeli rilisan The Sigit dan tak tersisa sekeping pun pada helatan RSD 2017 kala itu di Keep Keep Musik. Sedangkan untuk rilisan kaset dari Heals yang juga diakomodir oleh beberapa rekannya dari Microgram Entertainment tak secepat The Sigit melainkan perlahan dan tidak melakukan sistem antri untuk membelinya. Acara Records Store Day 2017 chapter Bandung kali ini cukup meriah, selain dapat membeli rilisan favorit, para pengunjung pun masih dibetahkan oleh penampilan dari beberapa grup musik secara live band bukan akustik seperti yang sudah dilakukan beberapa waktu lalu oleh Omuniuum.

Rundown penampilan live musik yang telah ditetapkan pada pukukl 15.00 WIB, beberapa waktu sebelum acara RSD 2017 dimulai telah dikabarkan oleh Omuniuum lewat akun Instagram resminya. Penampilan awal pada helatan RSD 2017 di Keep Keep Musik Bandung pada waktu itu pun dimeriah oleh penampilan dari Deugalih. Proyek solo dari sosok pria bernama asli Galih Su tersebut mungkin masih tanda tanya bagi pengunjung pada saat itu. Namun untuk belantika musik independent lokal ternyata Deugalih telah berdiri sejak tahun era tahun 90’an silam yang dulu Galih juga mempunyai proyek grup musik grunge/alternative bernama Schizophones hingga folk Deugalih And Folks. Status perjalanan Deugalih & Folks dan Schizophones kini masih dalam masa hiatus, bukan alasan bagi Deugalih untuk berkarya lewat musik. Kini proyek Deugalih yang baru saja merilis album ke-3 nya bertajuk Tanahku Tidak Dijual juga dirilis bertepatan pada hari Records Store Day 2017 chapter Bandung. Lantunan folk dari penampilan Deugalih dengan banyak menginstrumen kan beberapa petikan lagu seperti salah satunya “Di Kampungku”, cukup menghentak kala itu. Lagu yang juga me rupakan single untuk album terbaru dari Deugalih tersebut pun ditonton oleh para animo RSD 2017 baik dari bawah hingga lantai atas Keep Keep Musik. Dan tak berlangsung lama penampilan dari Deugalih, proyek musik one man band dari Andhika Surya bernama Collapse telah mempersiapkan alat musiknya untuk segera tampil di panggung berkubah kecil RSD 2017 Bandung.

Proyek sampingan dari Dika diluar band sebelumnya yang berada di posisi gitar Alice, progress musik Collapse nyatanya cukup pesat. Dalam tajuk RSD 2017, Collapse selain perform juga merilis kembali Ep perdananya bertajuk Grief dalam bentuk kaset (variant cover) dan Vinyl 10”. Berbedad dengan rilisan kaset pitanya, khusus untuk piringan hitam 10 inci nya, Dika memasukan satu buah lagu baru berjudul “Cold November” yang dirilis oleh naungan labelnya Royal Yawns. Sesaat sebelum performanya, Dika yang seperti biasa ditemani oleh beberapa rekan bermusik untuk mengisi beberapa instrument kala performanya seperti Alyuadi (Heals), Dawan (Haul), dan Kiki (Fuzzy I). Tanpa berlama-lama, Dika mengucapkan salam pada pengunjung RSD Bandung 2017 dan langsung melakukan genjrengan penuh dengan distorsi ala musik alternative rock yang menandakan Collapse akan siap perform. Penampilan Collapse sebagai line up kedua di RSD Bandung 2017 kala itu payungi dengan awan gelap yang menandakan akan hujan, namun antusiasme hal tersebut tidak menyudutkan antusiasme penonton yang ingin menyaksikan performa Collapse. Dibeberapa lagunya, Collapse membawakan seluruh lagu yang ada dalam mini album Grief nya, termasuk lagu barunya “Cold November” dan mengkover salah satu lagu milik Bon Iver “Blood Bank”. Tak terasa acara pun semakin memanas usai penampilan Collapse, setelah penampilan Collapse salah satu musisi asal Yogyakarta yang sedang melakukan tour bertajuk ‘Harus Berani Tur 2017’.

Selang tak beberapa lama usai loading alat dan penyesuaian sound, Sisir Tanah yang merupakan proyek solo dari pria bernama asli Dwi Bagus Danto hadir didepan para pengujung RSD Bandung 2017. Berbeda di bandingkan dengan band yang telah tampil sebelumnya yang menitipkan beberpa rilisan spesialnya di booth RSD Bandung 2017, Sisir Tanah tidak demikian melainkan hanya merchandise tour yang dititpkan khususnya pada booth milik Omuniuum berupa patch dan t-shirt ‘Harus Berani Tur 2017’. Sapaan dari pria berlagam suara berat tersebut masih jadi tanda tanya di beberapa pengunjung RSD Bandung 2017. Semua tanda tanya tersebut perlahan pun mencair ketika Danto membawakan beberapa lagunya yang kental dengan unsur folk tapi bertemakan tentang keseharian yang dialami oleh secara personal seperti salah satu lagu yang paling membenak berjudul “Bebal”. Tak hanya lagu itu saja, melainkan hampir semua lagu yang dibawakan oleh Sisir Tanah kala itu sangat kuat khususnya dalam penulisan lirik yang disampaikan pada khalayak RSD Bandung 2017 secara lugas tanpa basa-basi lewat pesan implisit.

Usai penampilan dari Sisir Tanah berupa live band khsusnya di lantai bawah rerumputan Keep Keep Musik, dalam rangkaian acara RSD Bandung 2017. DJ E-One juga menambah kemeriahan dalam acara RSD Bandung 2017 dengan live perform dj set khsusnya di lantai atas area booth yang menjajalkan beberapa rilisan musik. Tanpa terasa acara live musik harus dijeda beberapa saat yang kala itu waktu telah menunjukan petang hari dan adzan Maghrib dikumandangkan. Untuk rangkaian acara live musik nantinya akan kembali dlanjutkan usai waktu shalat Isya. Di waktu jeda acara RSD Bandung 2017 beberapa pengunjung pun menyempatkan waktu untuk menjajal pangan di café Keep Keep Musik dan salah satu booth yang menjual makanan fast food sambil temu sapa dengan rekan lainnya.

Seiring waktu berjalan, loading alat pun kembali dimulai yang nantinya untuk performa Under The Big Bright Yellow Sun (UTBBYS). Selaku band post-rock, UTBBYS yang dianungi oleh label Monster Stress Records juga merilis ulang kembali kedua album mereka bertajuk Painting Of Life dan Quintessential Turmoil dalam format kaset pita. Dan yang dinanti, UTBBYS pun hadir mengisi relung panggung RSD Bandung 2017 yang kosong. Tak berlama-lama mereka pun langsung membawakan salah satu lagu lawas yang juga dimasukan dalam kompilasi post-rock lokal Walk In Garage Vol.2 berjudul “Fur Elizabeth”. Ketika lagu ini dimainkan kembali oleh UTBBYS, banyak menitikberatkan pada unsur musik yang condong ke-arah gloomy dibaluti dengan tempo cepat dan lambat di beberapa part musiknya walau tanpa di iringi vokal yang bercirikhas ala post-rock pada umumnya, lagu ini cukup baik untuk dihafal beberapa partitur musiknya. Tentu penampilan UTBBYS tak hanya berhenti di lagu itu saja, melainkan mereka telah menyiapkan beberapa lagu lain untuk dapat dimainka pada tajuk RSD Bandung 2017 lalu. Memang tak salah jika UTBBYS menjadi salah grup musik post-rock ranah lokal yang cukup potensial, pasalnya di beberapa performa mereka selain menghadirkan musik yang penuh dengan wanra emosional, salah satu personil UTBBYS menggunakan Bow yang merupakan alat penggesek untuk instrument biola pada gitarnya, performa ini juga dikerapkan oleh beberapa band seperti salah satunya Sun o))). Puas hingga terkesima tanpa bisa berkata-kata, cukup dirasakan oleh beberapa pengunjung RSD Bandung 2017 kala itu oleh penampilan apik dari UTBBYS. Usai penampilan dari UTBBYS, acara pun hampir mendekati titik puncaknya yang akan ditutup oleh penampilan terakhir dari salah satu rooster FFWD Records, Polyester Embassy.

Semenjak memutuskan untuk vakum beberapa waktu lalu, Polyester Embassy hadir kembali di tahun 2017 yang juga membingkiskan sebuah kado berupa rilisan mini album formt vinyl 12” terbaru dari mereka bertajuk Since Tomorrow. Sebelum malakukan performa di RSD Bandung 2017, Polyester Embassy sehari sebelumnya juga tampil di RSD Jakarta 2017. Untuk peluncuran vinyl 12 inci Since Tomorrow sendiri, Polyester Embassy bekerjasama dengan pihak label asal Singapura Vanilla Thunder yang memasukan empat lagu diantaranya 3 lagu dari album sebelumnya dan satu lagu berupa performa live mereka. Penampilan Polyester Embassy di RSD Bandung 2017 kala itu cukup menjadi momen temu kangen bagi para pengunjung hingga fans yang datang. Celetukan dari beberapa penonton untuk meminta beberapa milik Polyester Embassy untuk dapat dimainkan pun tak henti-henti, hingga akhrinya Polyester Embassy membawakan salah satu lagu andalan mereka berjudul “Polypanic Room”. Beberapa waktu lalu, lagu ini juga sempat diubah dalam bentuk musik folk oleh grup musik Katije & Piering yang dimasukan dalam mini albumnya bertajuk Kinanti. Ketika lagu “Polypanic Room” dibawakan kembali oleh Polyester Embassy, para pengunjung pun tak sungkan melakukan sing a long bersama, nuansa musik Polyester Embassy yang kala itu memadukan unsur musik post-rock berbasis electronic cukup berhasil tanpa terdapat miss sedikitpun dan penonton pun sangat puas melihat kembali performa Polyester Embassy. Hampir setengah jam performa dari Polyester Embassys sebagai line up terakhir, rangkaian acara RSD Bandung 2017 pun harus usai.

Puas, meriah dan antusiasme cukup besar dibanding tahun sebelumnya menjadikan serangkaian acara RSD Bandung tahun 2017 ini, sebagai pembuktian bahwa kehadiran rilisan fisik selain penyambung nyawa bagi para musisi juga memiliki kepuasan pribadi untuk dapat menelisik lebih dalam tentang sebuah materi album. Semoga RSD Bandung kedepannya dan seluruh kota di Indonesia dapat terus membudidayakan untuk membeli rilisan fisik dan harapannya tahun esok semoga lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

 

View Comments (0)

Comments (0)

You must be logged in to comment.
Load More

spinner